BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulau
Bali memiliki berbagai macam budaya. Salah satunya adalah permainan tradisinal.
Hampir semua kabupaten dan kota memiliki permainan tradisional. Permainan tradisional ini biasanya memiliki
sejarah tersendiri dari suatu daerah atau kabupaten yang memiliki keunikan dan
ciri khas masing-masing.
Permainan
tradisional yang ada di Kabupaten Buleleng adalah permainan Megoak-goakan. Nama
megoak-goakan ini diambil dari nama burung Gagak (Goak yang gagah) yang
terilhami ketiks melihat burung Gagak ini tengah mengincar mangsanya. Kegiatan
megoak-goakan ini merupakan pementasan ulang dari sejarah kepahlawanan Ki Barak
Panji Sakti yang dikenal sebagai Pahlawan Buleleng Bali ketika menaklukkan
Kerajaan Blambangan di Jawa Timur.
Sampai
saat ini Permainan Megoak-goakan ini secara turun-temurun terus dilaksanakan
dan dijaga kelestariannya. Ketika merayakan acara Megoak-goakan ini, suasana
kekeluargaan dan kegembiraan yang merayakannya akan sangat terasa. Meskipun tak
jarang para peserta harus jungkir balik dalam melaksanakan permainan ini. Namun
hal itu tidak akan menyurutkan semangat dan antusiasme peserta dalam mengikuti
permainan.
Selain itu permainan di kabupaten
Buleleng juga ada yang bernama benteng-bentengan. Permainan benteng-bentengan
adalah permainan tradisional dimana permainan ini dimainkan oleh beberapa orang
untuk merebut dan mempertahankan benteng agar bisa memenangkan permainan.
Sesuai dengan namanya, maka sebuah benteng dalam permainan ini merupakan tujuan
atau inti dari permainan ini. Jika permainan ini tidak ada yang namanya
benteng, maka tidak akan bisa memainkan permainan ini.
Maka dari itu perlu kita untuk mengetahui
lebih mendalam tentang Permainan Megoak-goakan dan permainan benteng-bentengan
agar kita dapat melaksanakan permainan dengar benar. Sehingga nantinya tidak
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah yaitu sebagai
berikut :
1.2.1 Bagaimanakah sejarah permainan
tradisional Megoak-goakan?
1.2.2 Bagaimanakah sistem permainan tradisional
Megoak-goakan?
1.2.3 Apa saja sarana-prasarana yang diperlukan
dalam permainan tradisional Megoak-goakan?
1.2.4 Apa pengertian dari permainan
Benteng-bentengan?
1.2.5 Bagaimana cara memainkan permainan
Benteng-bentengan?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Dapat mengetahui dan memahami
sejarah permainan tradisional Megoak-goakan.
1.3.2 Dapat memahami dan menjelaskan
sistem permainan tradisonal Megoak-goakan.
1.3.3 Dapat mengetahui
sarana-prasarana yang diperlukan dalam permainan tradisional Megoak-goakan.
1.3.4 Dapat mengetahui dan memahami
pengertian permainan Benteng-bentengan.
1.3.5 Dapat mengetahui dan memahami
cara memainkan permainan Benteng-bentengan.
BAB
II
PEMBAHASAN
PERMAINAN TRADISIONAL MEGOAK-GOAKAN
2.1 SEJARAH PERMAINAN TRADISIONAL MEGOAK-GOAKAN
Permainan
tradisional tidak terlepas dari keberadaan sosok pemimpin Buleleng yang bernama
Ki Barak Panji Sakti. Awal perjalanan Ki Barak Panji Sakti sempat melakukan
pemberhentian di daerah Wanagiri tepatnya di Pura Yeh Ketipat yang dikenal saat
ini sebelum menginjakkan kakinya tepat di Buleleng. Dari tempat peristirahatan
ini Ki Barak Panji Sakti melihat dari kejauhan kesuburan wilayah Buleleng. Hal
ini semakin menggugah minat Ki Barak Panji Sakti untuk datang ke Buleleng.
Dengan tidak sengaja, Ki Barak Panji Sakti menancapkan Keris di sekitaran
pemberhentiannya dan secara tidak langsung muncul sumber air yang saat ini
dibangun pura dengan nama pura Yeh Ketipat. Disana merupakan salah satu bukti
bahwa kesaktian Ki Barak Panji Sakti terkenang sampai saat ini. Yang mana saat
ini sumber air tersebut dimanfaatkan sebagai tirta oleh masyarakat Kabupaten
Buleleng dalam menyelesaikan yadnya.
Dalam
perjalanan menuju ke Singaraja, kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Singaraja
yang salah satunya adalah kerajaan Jagaraga dan yang lainnya tunduk terhadap
kesaktian Ki Barak Panji Sakti. Entah bagaimana caranya Ki Barak Panji Sakti
telah menguasai kerajaan-kerajaan kecil yang ada di Singaraja sehingga beliau
saat ini telah menjadi seorang Raja yang memimpin Kabupaten Buleleng yang
menaungi seluruh kerajaan kecil yang ada di Kabupaten Buleleng.
Suatu
ketika, kesaktian Ki Barak Panji Sakti terdengar oleh kerajaan Blambangan yang
ada di Jawa Timur. Kerajaan Blambangan ingin menundukkan Ki Barak Panji Sakti
dan mengambil daerah kekuasaan Singaraja. Dalam hal ini Ki Barak Panji Sakti
tidak begitu saja menyerahkan daerah kekuasaannya. Beliau berperang dan belum
berhasil menghadapi kerajaan Blambangan. Sampai akhirnya peperangan yang
dilakukan tidak membuahkan hasil dan membuat strategi baru untuk mengalahkan
Kerajaan Blambangan.
Konon
pada suatu hari Ki Panji Sakti yang sudah berstatus sebagai Raja sedang
termenung memikirkan cara yang tepat untuk mengalahkan Blambangan. Tiba-tiba
beliau tersentak, karena dihalaman istana para pemuda sedang bermain
megoak-goakan. Beliau mendapat satu gagasan bahwa permainan magoak-goakan ini
dapat dimanfaatkan untuk mencapai keinginannya yaitu menaklukkan kerajaan
Blambangan di Jawa Timur.
Pada
suatu hari diundanglah para narapraja Negara keistanaan. Mereka diajak bermain
magoak-goakan. Para narapraja tidak tahu apa maksud baginda raja mengajak
bermain magoak-goakan. Komandan narapraja diminta menjadi pemimpin barisan dan
raja sendiri menjadi goak. Begitu permainan dimulai, raja yang menjadi goak
dengan gesit dan cerdiknya dapat memperdayai kepala barisan dan berhasil
menangkap ekor barisan. Sebagai pemenang, Raja Panji Sakti berhak meminta
sesuatu kepada barisan. Komandan nara praja yang dalam hal ini bertindak
sebagai kepala barisan menanyakan kepada si Goak
apa yang diinginkan. Segala permintaan dipenuhi. Si Goak alias Raja Panji Sakti meminta daerah blambangan agar menjadi
wilayah Buleleng. Komandan narapraja agak terperangah sejenak mendengar
permintaan Raja Paji Sakti yang agak aneh ini. Tetapi permainan harus dipenuhi.
Maka secara serentak seluruh anggota barisan bersorak dan akan memenuhi
keinginan si Goak untuk menaklukkan
daerah Blambangan sehingga menjadi daerah Buleleng. Hal inilah yang digunakan
Ki Barak Panji Sakti untuk membangkitkan semangat para prajurit yang awalnya
sudah berputus asa dalam berperang melawan Kerajaan Blambangan. Maka daerah
Blambangan akan dihaturkan kepada si Goak
sebagai hadiah sesuai permintaan si Goak
dalam waktu yang singkat. Nama megoak-goakan ini di ilhami dari seekor binatang
yang bernama Burung Gagak atau dalam bahasa bali di kenal dengan Goak yang sedang
mengincar mangsanya. Maka sejak itu terkenallah istilah TARUNA GOAK, yang terdiri dari narapraja Buleleng, yang siap untuk
menyerang Blambangan. Raja tersenyum dan girang menyaksikan siasatnya itu untuk
meningkatkan semangat prajuritnya berhasil dengan sempurna. Tak lama kemudian,
taruna Goak Buleleng dengan gagah
perkasa menyerang Blambangan dan dalam waktu yang relative singkat kerajaan
Blambangan tertekuk lutut kepada barisan Goak
Buleleng ini. Sejak saat itu permainan magoak-goakan makin memasyarakat dan
selalu dihubungkan dengan nama Panji Sakti.
Kejadian
ini terjadi pada abad ke-17 dimana raja Ki Barak Panji Sakti memerintah
kerajaan Buleleng dengan istana di Desa Panji yang sekarang. Permainan
magoak-goakan ini terus berkembang, terutama di Desa Panji yang diadakan pada
waktu ngembak geni di Hari raya Nyepi.
Pada
awalnya tradisi magoak-goakan itu dilaksanakan untuk memperingati HUT Kota
Singaraja tepatnya Hari Panji Sakti tanggal 30 Maret. Setelah adanya perayaan
Nyepi, maka untuk mengisi kepenatan berdasarkan paruman Desa Pakraman Panji
maka diadakan pertunjukan rakyat seni magoak-goakan. Sampai saat ini masih di
abadikan permainan tradisional magoak-goakan. Permainan ini tidak lagi hanya
dimainkan di Desa Panji saja melainkan sudah menyebar dengan adanya modifikasi
bentuk permainan tanpa menghilangkan makna dari permainan itu sendiri. Beberapa
desa yang sudah mengadopsi permainan ini yang sudah dimodifikasi antara lain :
Desa Banyuning dan Desa Anturan. Sejarah dari permainan tradisonal magoak-goakan
memang tersedia dalam bebagai versi namun tidak terlepas dari peran Ki Barak
Panji Sakti dalam menyerang Kerajaan Blambangan.
2.2 SISTEM PERMAINAN TRADISIONAL MEGOAK-GOAKAN
Acara
megoak-goakan terdiri dari beberapa orang yang membentuk barisan, dan saling
memegang satu sama lain. Masing-masing orang memakai ikat pinggang yang akan
menjadi pegangan orang dibelakangnya. Ikat pinggang yang digunakan senyaman
mungkin sehingga saat ditarik oleh teman tidak menyakitkan. Orang yang berada
paling depan atau Kepala Goak bertuga
untuk mengejar orang yang paling belakang sehingga akan terjadi tarik menarik
antara pemain, bagian inilah yang membuat badan pemain akan pegal-pegal namun
inilah serunya permainan ini.
Media
bermain dalam acara magoak-goakan ini umumnya merupakan tanah yang tergenangi
air. Karena dilaksanakannya di lapangan Desa Panji maka untuk mengairinya para
pemain sebelumnya harus membendung air sungai yang berada di dekatnya sehingga
lahan akan menjadi becek dan berlumpur. Biasanya jika pementasan acara
magoak-goakan di Desa Pakraman Panji ini para petani mengalag untuk tidak
mengairi sawahnya.
Magoak-goakan
yang terjadi di Desa Pakraman Panji saat Ngembak
Geni pada umumnya terbagi menjadi dua kelompok yakni kelompok anak-anak dan
kelompok remaja atau dewasa. Ada yang menyebutnya permainan Goak dengan ular ada yang menganggap
permainan ini sebagai pertarungan melawan musuh dengan cara mengalahkan orang
terpenting dalam pasukan tersebut. Namun pada intinya tidak mengurangi makna
dari permainan itu sendiri dan tidak jauh berbeda dari permainan aslinya.
Pemain
dalam melakukan permainan ini tidak ada kewajiban tertentu. Yang paling penting
ada yang sebagai pencari dan ada yang sebagai orang yang dicari. Di beberapa
informasi saat ini permainan magoak-goakan sangat bervariasi. Permainan
magoak-goakan ada yang perorangan dan ada yang beregu. Yang dimaksud dengan
perorangan ialah seorang menjadi goak dan satu regu lainnya merupakan barisan
seperti ular yang banyaknya lebih dari dua orang. Sedangkan permainan beregu
terdiri atas dua regu masing-masing regu terdiri atas lima orang. Makin banyak
pemainnya maka permainan ini semakin seru.
Permainan
ini terdiri dari laki-laki atau perempuan, atau dapat pula bercampur antara
laki-laki dan perempuan dalam satu regu. Usia tak terbatas, tua muda dan
anak-anak dapat mengikuti permainan ini. Tetapi sebaiknya tiap regu terdiri
atas jenis kelamin yang sama dan berumur sebaya dan melawan lawan yang juga
sama dalam jenis kelamin dan umur.
2.2.1 Kedudukan permainan :
1. Seorang,
biasanya yang paling besar dan kuat biasanya sebagai kepala barisan. Tugasnya
ialah menjaga keutuhan barisan dan menghalangi si Goak mengangkap ekor barisan.
2. Seorang, wakil
dari regu lawan atau perorangan menjadi Goak.
Dia bertugas menangkap buntut secepatnya, misalnya dalam waktu 5 menit. Jika
dalam waktu itu tidak tertangkap maka Goak
dianggap kalah.
3. Orang-orang
yang tak seregu dengan si Goak,
menyusun barisan dibelakang kepala barisan, dengan memeluk pinggang didepannya
erat-erat tak terlepas. Selama permainan berlangsung, pinggang teman didepan
harus dipegang terus tak boleh dilepas.
2.2.2 Aturan permainan :
a) Cara bermain
1. Dua
buah regu yang masing-masing terdiri atas minimal lima orang, mengadakan undian
untuk menentukan regu mana yang akan bertugas sebagai ular memanjang berderet
kebelakang, tiap anggota regu memeluk anggota regu didepannya, dan regu yang
lain bertindak sebagai gagak.
Cara
mengundinya ialah masing-masing kepala regu yang saling berhadapan dengan
lawannya, saling tarik menarik tangan. Kepala regu yang menarik lawannya kearah
dirinya, dianggap sebagai pemenang dan dia berhak menjadi Goak atau gagak. Sedangkan regu yang kalah, bertugas sebagai ular.
2.
Setelah semua siap, maka wasit akan memberikan aba-aba agar pamain menempati
posisi masing-masing. Goak berdiri di
depan kepala ular. Anggota regu satu yang lain berdiri diluar lapangan sebagai
penonton. Sedangkan anggota regu dua berbaris dibelakang kepala ular dan
memeluk masing-masing pinggang teman didepannya. Anggota regu dua yang paling
belakang dipilih orang yang paling lincah bergerak disebut ekor ular.
3.
Aba-aba kedua diberikan oleh wasit. Permainan megoak-goakan dimulai. Goak harus memegang pemain yang menjadi
ekor ular dengan segala cara. Sedangkan pamain yang bertindak sebagai kepala
ular, harus menghalang-halangi usaha si Goak
untuk mematok ekornya. Biasanya tangan direntangkan kesamping untuk menghalangi
gerakan menyusup dari gagak untuk lari kebelakang menuju ke ekor ular. Badan
dan ekor ular yang terdiri dari pemain-pemain yang saling merangkul pinggang
teman didepannya ikut pula bergerak meliuk-liuk mengikuti arah gerakan kepala,
menjauhi si Goak. Goak dan ular bebas bergerak asal masih
di dalam batas lapangan yang telah disepakati sebelumnya.
b) Kalah–menang
1.
Jika Goak dalam batas waktu 5 menit
tidak dapat memegang ekor, maka regu Goak
dinyatakan kalah. Dan regu ular dinyatakan sebagai pemenang.
2.
Sebaliknya, kalau dalam waktu kurang dari 5 menit, Goak dapat menangkap pemain yang menjadi ekor maka regu Goak dinyatakan sebagai pemenang. Dan
regu ular berada di pihak yang kalah.
3. Ada
pula peraturan yang mempergunakan sistem nilai. Bila si Goak dalam menangkap ekor kurang dari 5 menit diberikan nilai “5”
untuk regu Goak. Dan regu ular
mendapat nilai “0”. Jika setelah batas waktu 5 menit si Goak tidak bisa menangkap ekor ular, maka regu ular mendapat nilai
“5”, sedangkan regu Goak mendapat
nilai “0”. Nilai akan dikurangi apabila ada pamain yang keluar dari batas garis
lapangan permainan. Setiap pemain yang keluar dari garis ini nilainya dipotong
sebesar “1”.
4.
Setiap 5 menit, satu babak permainan dianggap selesai. Untuk babak berikutnya,
akan terjadi pergantian posisi regu. Regu yang semula menjadi Goak akan berfungsi menjadi ular.
Anggotan regu Goak yang tadinya
sebagai penonton sekarang ikut masuk kedalam permainan menjadi ular. Sedangkan
yang tadinya menjadi ular akan menjadi penonton. Hanya seorang wakil regu yang
bertugas sebagai Goak dan permainan
pun dapat dimulai lagi.
5.
Permainan ini dapat berlangsung sampai beberapa babak, rata-rata sebanyak 5
babak.
6.
Setelah babak selesai baru dihitung nilainya untuk menentukan kalah menang
regu.
7. Hukuman diberikan kepada regu yang bermain
kasar misalnya: memukul ataupun menendang dengan sengaja akan diberikan hukuman
dengan peringatan dan nilai dipotong pada setiap pelanggaran sebesar “1” nilai.
8.
Juri berperan untuk mengawasi dan mengatur jalannya pertandingan yang dibantu
oleh 4 orang penjaga garis dan satu orang pencatat.
Kemungkinan
terjadinya cedera pada permainan megoak-goakan ini tidaklah besar. Cedera
akibat jatuh pada waktu berlari, berupa luka lecet, pergelangan kaki keseleo,
berturan badan dengan lawan atau sesame teman, yang paling mungkin terjadi.
Tetapi pada umumnya jarang sekali hal yang demikian terjadi.
2.3 SARANA-PRASARANA PERMAINAN TRADISIONAL
MEGOAK-GOAKAN
a. Pakaian
Pakaian
yang digunakan pemain biasanya berwarna hitam sesuai dengan warna Goak. Mereka menggunakan pakaian yang
ketat agar mudah bergerak. Ada yang memakai baju ada pula yang telanjang dada.
Kadang-kadang memakai bunga pucuk merah di telinga kanan masing-masing pemain.
Pada
waktu sekarang ini kebanyakan memakai pakaian olahraga dengan celana sport dan
baju kaos dengan warna bermacam-macam sesuai dengan selera masing-masing.
Kadang-kadang ada yang memakai ikat pinggang dari kain yang dapat dipegang oleh
pemain yang berada di belakangnya agar tak mudah lepas dari barisan pada waktu
permainan berlangsung.
b. Lapangan
Diperlukan
lapangan yang datar dengan ukuran 10x10 meter atau makin luas semakin baik.
Batas lapangan harus jelas dan tak ada benda-benda yang dapat menghalangi
pemain bergerak dilapangan. Di Desa Pakraman Panji biasanya dalam melakukan
permainan tradisional magoak-goakan menggunakan lapangan yang becek dan
berlumpur yang awalnya telah diairi, namun terkadang juga dapat dilakukan di
jalanan luas yang ada di Desa Pakraman Panji tepatnya di depan Bhuana Kerta.
Dalam
melakukan permainan magoak-goakan, biasanya diiringi dengan tetabuhan gong,
namun ada pula yang hanya menyanyikan lagu “khas” magoak-goakan. Namun seiring
perkembangan permainan ini, sehingga tidak memungkinkan untuk memakai peralatan
yang sangat lengkap sehingga cukup hanya menggunakan nyanyian khas
megoak-goakan.
PERMAINAN TRADISIONAL BENTENG-BENTENGAN
2.4 PENGERTIAN PERMAINAN TRADISIONAL BENTENG-BENTENGAN
Dalam berbagai macam jenis permainan
tradisional, Indonesia yang merupakan Negara dengan julukan Negara Seribu Pulau
tentunya memiliki banyak jenis permainan tradisional. Untuk di Provinsi Bali
saja permainan tradisional yang ada cukup banyak. Salah satu daerah di Provinsi
Bali yaitu Buleleng. Daerah Buleleng atau kabupaten Buleleng ada beberapa
permainan tradisional, salah satunya yaitu permainan benteng-bentengan.
Permainan benteng-bentengan adalah
permainan tradisional dimana permainan ini dimainkan oleh beberapa orang untuk
merebut dan mempertahankan benteng agar bisa memenangkan permainan. Sesuai
dengan namanya, maka sebuah benteng dalam permainan ini merupakan tujuan atau
inti dari permainan ini. Jika permainan ini tidak ada yang namanya benteng,
maka tidak akan bisa memainkan permainan ini.
2.5 CARA MEMAINKAN PERMAINAN TRADISIONAL BENTENG-BENTENGAN
Untuk dapat memainkan permainan tradisional
ini sangat gampang. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi dan diperhatikan.
a. Lapangan
Permainan ini tidak memerlukan
peralatan yang khusus dan banyak. Hanya memanfaatkan lingkungan sekitar dan
daerah yang tidak terlalu kecil. Agar permainan lebih menarik atau lebih
menantang, daerah atau area yang digunakan bisa menggunakan area yang luas.
Bebentengan dapat dilakukan dimana
saja, baik di luar ruangan seperti: pantai, tanah lapangan, halaman, dan
berbagai tempat terbuka lainnya. Bahkan di dalam ruangan bebentengan dapat
dilakukan, hanya ruangan harus luas. Apabila kita akan menentukan tempat
bermain dapat ditentukan di lapangan berukuran minimal 8 x 8 meter.
b. Jumlah pemain
Permainan ini dibentuk menjadi dua
kelompok sesuai dengan jumlah benteng yaitu dua buah. Setiap benteng minimal
memiliki anggota 3 orang. Jumlah anggota dari kedua benteng harus sama, jika
belum sama permainan tidak bisa dilanjutkan. Untuk batas maksimal jumlah pemain
bisa disepakati oleh kedua belah pihak. Diusahakan agar jumlah pemain
disesuaikan dengan luas area permainan. Ideal dari jumlah pemain dalam
permainan ini adalah 6-7 orang untuk satu benteng.
c. Fungsi benteng
Sesuai dengan nama permainannya yaitu
benteng-bentengan, jadi harus ada yang namanya sebuah benteng. Dalam menentukan
sebuah benteng kita bisa menggunakan lingkungan tempat bermain.
Benteng-bentengan hanya memerlukan dua benteng saja, permainan tidak akan bisa
dimainkan jika membuat benteng lebih dari dua. Benteng bisa ditentukan dengan
sebuah tiang, tampul, pohon atau yang lainnya, asalkan berupa batangan yang
berdiri kokoh. Ini bertujuan agar benteng tersebut bisa dipegang oleh semua
anggota dari berbagai arah. Dan posisi dari setiap benteng harus saling
berhadapan dengan jarak minimal 10 meter.
Dalam permainan bentengan ini, pohon
atau tiang tidak saja berfungsi sebagai markas. Ia juga berguna untuk
memperbarui kekuatan pemain agar dapat menangkap lawan yang berada di luar
bentengnya lebih lama. Jika pemain
dapat menangkap lawan tersebut sebelum menyentuh pohon atau tiang bentengnya,
maka lawan yang tertangkap itu dianggap mati.
d. Waktu permainan
Untuk memainkan permainan ini tidak
diperlukan waktu yang khusus. Artinya berakhirnya permainan ini tidak
ditentukan oleh waktu, melainkan dalam satu set permainan ini ditetukan ketika
salah satu regu dapat menyentuh benteng lawan. Permainan akan tetap dilakukan
sampai terjadi perselisihan skor antar kedua tim. Skor yang diinginkan juga
tidak terbatas, tergantung kesepakatan kedua tim saat itu.
e. Penentuan kalah menang
Permainan benteng-bentengan ini agar
dapat merebut benteng lawan adalah dengan mematikan atau membunuh anggota
benteng. Ketika semua anggota atau penjaga benteng sudah habis, kita bisa
merebut benteng dengan menyentuh benteng tersebut. Intinya jika kita sudah
menyentuh benteng lawan, meskipun dengan tidak membunuh penjaga benteng,
berarti tim yang dapat menyentuh benteng menjadi pemenang.
f. Aturan permainan
Untuk dapat menentukan siapa yang
mati ketika disentuh adalah siapa yang lebih awal keluar dari benteng. Jika
salah satu lawan keluar dari benteng, maka penjaga benteng yang satu harus
berhadapan dan berusaha untuk mematikan pemain lawan. Agar pemain yang keluar
dari benteng pertama selamat dari lawan, dapat dibantu dengan pemain kedua yang
keluar dari benteng dan melawan pemain yang ingin mengalahkan rekan kita
sebelumnya, dan begitu juga seterusnya. Dalam permainan ini, biasanya masing -
masing anggota mempunyai tugas seperti penyerang, mata-mata, pengganggu, dan
penjaga benteng. Permainan ini sangat membutuhkan kecepatan berlari dan juga
kemampuan strategi yang handal.
Jika pemain yang keluar dari benteng
lebih awal kalah jumlah dari pemain lawan, pemain tersebut bisa kembali ke
benteng agar selamat. Dengan menyentuh benteng kita sendiri, kita akan selamat
dari serangan lawan. Jadi syarat untuk dapat mematikan penjaga benteng lawan
adalah dengan menyentuh pemain lawan yang keluar dari bentengnya lebih awal
dari kita.
g. Cara mematikan lawan
Cara
mematikan anggotanya sangat gampang, cukup dengan menyentuh anggota badan dari
penjaga benteng lawan. Jika pemain melihat lawan keluar dari bentengnya,
biarkan ia mendekat. Pilih salah satu dari teman satu kelompok yang mampu
berlari cepat. Ketika dirasa jarak musuh dengan pemain sudah dekat, segera
kejar musuh sekuat tenaga dan sentuh badannya. Setelah itu, segera kembali ke
markas agar tidak dikejar oleh teman sang musuh. Jangan lupa untuk menyentuh
pohon atau tiang agar kekuatannya pulih. Musuh yang terkena tadi tidak bisa
ikut bermain karena sudah dianggap mati.
h. Cara memainkan
Permainan ini dimulai dengan majunya
salah satu pemain dari salah satu benteng untuk menantang para pemain dari
benteng lawannya. Pemain dari benteng lawannya akan maju untuk mengejar. Jika
pemain dari benteng penantang ini dapat terkejar dan dapat disentuh oleh pemain
lawan, maka pemain penantang dinyatakan mati. Biasanya pemain penantang akan
berlari menghindar atau kembali ke bentengnya sendiri. Teman-teman dari benteng
penantang ini, akan mengejar pemain dari benteng lawan yang memburu tadi.
Demikian seterusnya sehingga terjadi saling kejar mengejar antara pemain dari
kedua benteng. Sering kali terjadi adalah salah satu benteng kehabisan pemain
karena telah dimatikan dan bentengnya dikepung oleh lawannya.
i. Manfaat permainan
Seperti yang dipaparkan diatas
tentang cara memainkan permainan ini, permainan ini dapat melatih gerak badan
pemain, bagaimana kita bergerak lincah agar kita tidak tersentuh oleh lawan,
untuk melatih stamina, menumbuhkan kerjasama diantara teman, memupuk jiwa sportivitas
yang tinggi untuk mengakui kekalahan, dan meningkatkan kesegaran jasmani.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah permainan tradisional
Megoak-goakan adalah merupakan cerminan dari kepahlawanan Ki Barak Panji Sakti
saat menaklukkan kerajaan Blambangan di Jawa Timur. Dalam permainan
benteng-bentengan, benteng merupakan tujuan atau inti dari permainan ini. Permainan-permainan
ini pun juga memiliki aturan tersendiri
sesuai dengan bahasan di atas. Jadi, dari berita-berita yang
dapat kami kumpulkan dalam bentuk makalah, secara umum dapat kami simpulkan
bahwa di Kabupaten Buleleng ada banyak
sekali permainan tradsional, dan kelompok kami membahas tentang permainan
megoak-goakan dan benteng-bentengan.
3.2 Saran
Setiap
kabupaten atau daerah pasti memiliki permainan tradisional masing-masing. Jadi saran
kami adalah masyarakatnya harus mengembangkan dan tidak melupakan permainan
itu. Karena permainan tradisional adalah permainan turun-temurun yang telah
diwariskan oleh nenek moyang kita dan permainan tradisional juga dapat melatih
kesehatan tubuh. Tapi dalam melaksanakan permainan itu, alangkah lebih baiknya
jika kita mengetahui makna dari permainan yang kita mainkan. Jadi, dalam
memainkan permainan, kita juga mengetahui makna permaiann itu dan tidak asal
memainkannya saja. Saran kami juga dalam bermain permainan tradisional apapun
juga harus tetap berhati-hati.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar